Kontroversi Qiraat Langgam Jawa



Qiraat Al-Qur'an dengan irama langgam jawa yang ditampilkan di istana negara menjadi kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia. Banyak pihak yang menyayangkan pelantunan Al-Qur'an dengan irama langgam jawa tersebut. Bacaan Al-Qur'an irama langgam jawa ini dibacakan oleh Muhammad Yaser Arafat pada acara peringatan Isra' Mi'raj di Istana negara.
Lazimnya pembacaan Al-Qur'an dilakukan dengan Qiraat Sab'ah, seperti irama Bayati, Shoba, Sika, Jiharkah, Nahawand, Rast, maupun Hijaz. Namun, pembacaan Al-Qur'an Surah Al-Isra' dan An-Najm pada acara Isra' Mi'raj tahun 1436 Hijriah di istana negara ini menggunakan lagu macapat Dhandanggula yang merupakan salah satu kebudayaan Jawa.
Menurut pembawa Acara kegiatan pengajian Isra' Mikraj tersebut, disebutkan bahwa pembacaan dengan langgam nusantara ini sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya Indonesia. Pembaca acara kegiatan juga banyak melakukan kesalahan pengucapan, seperti penyebutan acara Nuzulul Qur'an, padahal kegiatan dilaksanakan pada bulan Rajab. Sewaktu saya melihat video tentang acara tersebut, saya kaget. Lho kok acaranya Nuzulul Qur'an. Bukankah Nuzulul Qur'an itu ada pada bulan Ramadan. Bulan ini kan masih bulan Rajab. Berarti kegiatan pada bulan ini adalah Isra' Mikraj. Ayat Al-Qur'an yang dibaca yaitu Surah Al-Isra' dan An-Najm merupakan surah yang mengisahkan tentang peristiwa Isra' mi'raj Nabi Muhammad saw.
Tanggapan tentang pembacaan irama langgam Jawa disampaikan oleh salah seorang Qari' internasional dari Saudi Arabia. Portal berita Salam Online menyebut beberapa kesalahan yang disampaikan oleh Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar pada pembacaan Al-Qur'an dengan irama langgam Jawa tersebut.
  1. Kesalahan tajwid; dimana panjang madnya dipaksakan mengikuti kebutuhan lagu.
  2. Kesalahan lahjah (logat). Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan menggunakan lahjah Arab, sebagaimana orang Arab membacanya. Dalam hadis disebutkan: “Iqra’ul qur’aana biluhuunil ‘Arobi wa ashwaatiha”.
  3. Kesalahan takalluf, yakni memaksakan untuk meniru lagu yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur’an.
  4. Yang cukup berbahaya jika ada kesalahan niat, yaitu merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, membangun sikap ashabiyyah dalam ber-Islam.
  5. Dan yang paling fatal jika ada maksud memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang mereka samakan dengan lagu-lagu wayang dalam suku Jawa.
Share this article :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Kontroversi Qiraat Langgam Jawa"

Justru karena itu juga, islam nusantara mengentalkan tonjolan kejawaan. Dampak yg menjadi kekhawatiran adalah lahir juga penonjolan islam sumatera, islam kalimantan dll.

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Template By. Kunci Dunia
Back To Top