Materi Agama Islam kelas VII, Sejarah Dakwah Nabi Muhammad di Mekah

Gua Hira, tempat Nabi pertama kali diangkat menjadi Rasul
Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 12 Rabiul awal tahun gajah yang bertepatan pada tanggal 20 April 571 Masehi. Tahun kelahiran Nabi Muhammad bertepatan dengan peristiwa penyerangan oleh Raja Abrahah pada Ka’bah. Peristiwa ini dikisahkan Allah dalam Surah Al-Fil ayat 1 – 5.

Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya telah meninggal sanat beliau berusia 6 bulan dalam kandungan. Ketika masih bayi, Nabi Muhammad diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah dari Bani Saat, Kabilah Hawazin. Beliau diasuh hingga berusia 5 tahun.

Beliau ditinggal ibunya wafat saat masih berusia 6 tahun. Lalu diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutalib. Beliau mendapat kasih sayang dari kakeknya. Hanya selama 2 tahun, Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya karena kakeknya meninggal saat nabi Muhammad berusia 8 tahun. Selanjutnya, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Talib hingga beranjak dewasa.

Di situlah Nabi Muhammad diajar untuk menjalani kehidupan. Beliau belajar menggembala kambing milik pamannya. Menginjak remaja, beliau mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di usia 10 tahun untuk menghidupi dirinya sendiri. Mulailah menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat panas. Beliau sering makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun.

Di situlah arti kehidupan beliau dapatkan. Perjuangan hidup, tanggungjawab, kesulitan hidup, kesendirian mampu menjadikan dirinya matang dalam menghadapi usianya.
Paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya Itu.

Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad dikenalkan dengan dunia perdagangan. Masa remaja Nabi Muhammad telah diisi dengan aktivitas berdagang. Beliau belajar dari pamannya. Beliau ikut membawa barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Nabi Muhammad ikut serta dalam rombongan kafila dagang hingga ke negeri lain.

Suatu hari, rombongan kafilah dagang mereka sampai ke kota Basra di wilayah Siria besar. Seorang pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Talib dan mengatakan, “Aku mengenali anak muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal itu telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Talib, “lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Mekah.” Abu Talib pun menuruti saran pendeta tersebut.

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad mulai berdagang sendiri tanpa bantuan pamannya. Ia mengalami sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika berdagang, Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi pembelinya, dan tidak pernah mengurangi timbangan. Nabi tidak pernah mengambil keuntungan yang besar, selalu berkata sopan, ramah dan penuh kasih sayang.

Nabi Muhammad memiliki pribadi yang mulia seperti berikut.
1) Berpendirian teguh
2) Bersemangat kerja yang tinggi
3) Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4) Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5) Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanna.
6) Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli
7) Memiliki sifat percaya diri
8)Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.

Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. Adapun Khadijah saat itu telah berusia 40 tahun. Dari pernikahannya dengan Khadijah dikarunia 7 orang anak, dengan 4 orang anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Namun, ketiga anak laki-lakinya meninggal saat masih bayi.
Meskipun beliau hidup di tengah kaum kafir Quraisy yang gemar bermaksiat dan menyembah berhala, Nabi Muhammad tidak mengikuti tradisi kaum kafir Quraisy tersebut. Beliau tidak pernah sekalipun ikut menyembah berhala, juga tidak pernah berfoya-foya seperti orang-orang pada zaman itu.

Sebelum diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad mendapat gelar “Al-Amin” yang artinya orang yang dapat dipercaya. Hal ini terjadi ketika ada peristiwa perbaikan ka’bah. Saat hendak mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya, terjadi perselisihan antar pemuka suku Quraisy yang masing-masing merasa berhak untuk mengembalikannya.

Akhirnya Nabi Muhammad dapat mendamaikan perselisihan tersebut dengan cara meletakkan Hajar Aswad pada sorbannya, lalu para pemuka suku Quraisy diminta bersama-sama mengangkat dan diletakkan ke tempat semula. Semua orang merasa puas dengan keputusan Nabi Muhammad saw..


1. Nabi Muhammad saw. Diangkat Menjadi Rasul 
Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul pada saat beliau berusia 40 tahun. Bermula ketika beliau merasakan keresahan atas perilaku masyarakat kafir Quraisy yang telah jauh dari nilai-nilai kebenaran. Kemudian Nabi Muhammad mengasingkan diri (beruzlah) di gua Hira.’ Hal ini dilakukan beliau berkali-kali. Tepat pada tanggal 17 Ramadan pada tahun ke - 40 kelahirannya, Nabi didatangi Jibril dan menerima wahyu Surah Al-‘Alaq ayat 1 - 5.

Wahyu pertama, Surah Al-Alaq ayat 1-5

Wahyu pertama inilah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat oleh Allah swt untuk menjadi utusan-Nya atau diangkat menjadi Rasul. Pada saat diangkat itulah Nabi Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut hitungan tahun Qomariah. Adapun berdasarkan hitungan Syamsiah, beliau berusia 39 tahun 3 bulan 8 hari.
Wahyu berikutnya turun berselang waktu yang lama dengan turunnya wahyu pertama. Jibril tidak muncul dalam beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw. terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Akhirnya, Jibril datang kembali membawa wahyu kedua, yakni Surah Al-Muddas\s\ir ayat 1 - 7.

2. Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad di Kota Mekah 
Wahyu yang kedua inilah yang mendorong Nabi Muhammad untuk berdakwah. Beliau memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat dengannya dengan tujuan agar mereka terlebih dahulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Beliau memilih rumah Al-Arqam bin Abil Arqam Al-Akhzumi sebagai tempat untuk beliau berdakwah.

Orang-orang yang pertama kali masuk Islam dikenal dengan sebutan “Assabiqunal Awwalun.” Mereka adalah Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah, dan Ummu Aiman.
Selain yang disebut di atas, berkat bantuan Khadijah dan Abu Bakar As-Sidiq, dari hari ke hari bertambah orang yang beriman kepada seruan beliau baik pria maupun wanita.
Setelah Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi, beliau mendapat wahyu untuk berdakwah secara terang-terangan. Perintah berdakwah tersebut terdapat pada Surah Al-H{ijr ayat 94 – 95.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu).”

Selanjutnya Nabi menerima wahyu Surah Asy-Syu’ara ayat 214 – 215. “Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah diriu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.”

Setelah wahyu tersebut turun, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Awalnya, beliau mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Bukit Safa dan mengajak mereka beriman kepada Allah. Akan tetapi, Abu Lahab, salah seorang pamannya bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.

Orang-orang kafir Quraisy banyak yang menentang dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw.. berbagai macam cara dilakukan orang kafir Quraisy untuk menghalangi dakwah Nabi Muhammad saw.. Di antara adalah menyiksa budak-budak mereka yang masuk Islam. Seluruh pengikut Nabi Muhammad diancam dan diteror agar menolak ajaran Nabi Muhammad saw..

Orang kafir berusaha membujuk Rasulullah agar berhenti berdakwah. Mereka meminta Abu Talib agar membujuk keponakannya itu berhenti berdakwah. Namun Nabi Muhammad berkata: “Demi Allah, meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Meskipun mereka memberikan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti menyampaikan dakwah ini.”

Orang-orang kafir Quraisy merasa gagal dalam menghalangi dakwah Nabi. Akhirnya Nabi Muhammad saw melakukan pemboikotan terhadap Nabi Muhammad saw., Bani Muthalib dan Bani Hasyim. Mereka melakukan pemboikotan selama tiga tahun mulai pada tahun ketujuh kenabian. Akibat pemboikotan ini umat Islam terkurung di celah-celah kota Mekah bernama Syi’ib.

Isi pemboikotan yang dlakukan oleh kaum kafir Quraisy sebagai berikut.
1) Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam
2) Kaum Quraisy tidak akan menerima nikah dari orang Islam
3) Kaum Quraisy tidak akan elakkan jual beli dengan orang Islam
4) Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit
5) Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur
6) Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.

Undang-undang pemboikotan ini ditulis oleh Manshur bin Ikrimah dan digantung di dinding Kakbah. Setelah pemboikotan berjalan tiga tahun, undang-undang tersebut rusak dimakan rayap. Selanjutnya, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zamaah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Mutalib.



Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Materi Agama Islam kelas VII, Sejarah Dakwah Nabi Muhammad di Mekah"

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Template By. Kunci Dunia
Back To Top